SOCIAL SKILLS TRAINING FOR AUTISM? WHAT IS THAT????


         Haii semuanya... dah lama nih ga ngasih info ke kalian mengenai terapi okupasi. pasti kalian dah nunggu-nunggu kan info terbarunya. nah kali ini kita akan belajar tentang social skills training for autism spectrum disorder. pada penasaran kan? yukk langsung kita bahas ajaa....

        Autisme berasal dari bahasa Yunani yaitu “Autos” yang berarti sendiri. Istilah autisme pertama kali digunakan untuk merujuk pada gaya berpikir yang aneh pada penderita skizofrenia oleh psikiater Swiss, Eugen Bleuler, pada tahun 1906. Psikiater Leo Kanner, pada tahun 1943, dalam tulisannya “Autistic Disturbance of Affective Contact” memunculkan istilah “autisme infantile awal” yang digunakan untuk sekelompok anak dengan ciri utama tidak dapat berhubungan dengan orang lain, seolah-olah mereka hidup dalam dunia mereka sendiri. Penjelasan bahwa anak-anak tersebut “hidup didunia mereka sendiri” menggambarkan keterpisahan dan sikap mereka yang tidak bisa dimengerti (Nevid, 2003)Pendapat senada dikemukakan oleh Santrock (2009), bahwa gangguan autistik adalah gangguan perkembangan parah yang dimulai pada 3 tahun pertama kehidupan dalam bentuk keterbatasan hubungan sosial; komunikasi yang abnormal; serta pola perilaku yang terbatas, repetitif dan tetap. Anak autis memiliki karakteristik dalam hal perilakunya. 

    Menurut Joko Yuwono, (2009:28–29) karakteristik-karakteristik itu berupa: a) Cuek terhadap lingkungan, b) Perilaku tidak terarah, mondar–mandir, lari–lari, memanjat, berputar–putar, melompat, c) Kelekatan terhadap benda tertentu, d) Rigid routine, e) Tantrum, f) Obsessive–compulsive behavior, g) Terpukau terhadap benda yang berputar atau benda yang bergerak. Dari karakteristik-karakteristik diatas dapat diambil kesimpulan mengapa anak penderita autis sering dianggap asik dengan dunianya sediri. Karena seringkali mereka mencari stimulus untuk dirinya seperti memutar atau memainkan suatu benda tanpa tujuan tertentu dan perilaku stereotipe juga sering muncul dianak penderita autis.

truss apa sihh social skills training itu???

        Social Skills Training adalah metode terstruktur yang berasal dari intervensi kognitif, perilaku, dan teori pembelajaran sosial. Tujuan dari social skills training adalah untuk mengajarkan keterampilan sosial yang diperlukan dalam hubungan interpersonal, untuk memperlihatkan cara perawatan diri dan generalisasi keterampilan ini dalam kehidupan nyata pasien. Social Skills Training adalah salah satu intervensi dengan teknik modifikasi perilaku didasarkan prinsip bermain peran, praktek dan umpan balik guna meningkatkan kemampuan klien dalam menyelesaikan masalah pada klien dengan gangguan perilaku kesulitan berinteraksi, mengalami fobia sosial, dan klien yang mengalami kecemasan (Stuat, 2009).

tujuannya dikasih treatment social skills buat apaa??



       Social Skills Training dirancang untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan keterampilan sosial bagi seseorang yang mengalami kesulitan dalam berinteraksi meliputi keterampilan memberikan pujian, mengeluh karena tidak setuju, menolak permintaan orang lain, tukar menukar pengalaman, menuntut hak pribadi, memberi saran pada orang lain, pemecahan masalah yang dihadapi dan bekerjasama dengan orang lain. Ada empat kelompok keterampilan sosial yang diajarkan bagi individu yang mengalami hambatan dalam hubungan interpersonal dengan orang lain yakni : kemampuan berkomunikasi, menjalin persahabatan, terlibat dalam aktifitas bersama, dan dalam menghadapi situasi sulit (Williams White, Keonig, & Scahill, 2007).

treatment yang dilakuin oleh seorang terapis okupasi apa aja sihh??

       Ada empat fase penilaian: baseline, pelatihan keterampilan sosial, umpan balik, dan follow up (Rao et al., 2008). Pada prinsipnya pelatihan ketrampilan dapat dilaksanan melalui 4 tahap, yaitu modelling, roleplaying, performance feedback dan transfer training (Ramdhani, 1994). Sesi ini terdiri dari 4 tahap yaitu, modeling, role playing, performance feedback, dan transfer training yang dilakukan selama 10 hingga 15 menit.



  1. Tahap pertama penyajian model yang dibutuhkan peserta pelatihan secara spesifik, detail, dan sering. 
  2. Tahap kedua Role playing, yaitu tahap bermain peran di mana peserta pelatihan mendapat kesempatan untuk memerankan suatu interaksi sosial.
  3. Tahap ketiga Performance feedback, yaitu tahap pemberian umpan balik. 
  4. Tahap ke empat Transfer training, yaitu tahap pemindahan ketrampilan yang diperoleh individu selama pelatihan ke dalam kehidupan sehari-hari.

    nahh itu tadi merupakan sekilas info tentang treatmen untuk anak autism yang memiliki gangguan pada interaksi sosial yaa.. untuk info lebih lanjut kita akan share lagi untuk kalian.. see you next time, bye byee....

Komentar

Postingan Populer